Tampilkan postingan dengan label Suami istri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suami istri. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2025

Jangan Pernah Berhubungan Suami Istri di Waktu Ini Atau hidupmu Gak akan pernah Bahagia

Jangan Pernah Berhubungan Suami Istri di Waktu Ini Atau hidupmu Gak akan pernah Bahagia

Dalam Islam, hubungan suami istri bukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan biologis, tetapi juga bagian dari ibadah yang bisa mendatangkan pahala jika dilakukan sesuai syariat. Meskipun Islam memberikan kebebasan dalam menentukan waktu yang tepat, ada beberapa waktu yang sebaiknya dihindari, baik dari segi agama maupun kesehatan.

Waktu yang di larang untuk berhubungan menurut islam
Waktu yang dilaran melakukan hubungan Suami istri Menurut islam

1. Saat Matahari di Puncaknya (Waktu Dzuhur)

Waktu tengah hari, ketika matahari berada di atas kepala, sering disebut sebagai waktu yang kurang baik untuk melakukan aktivitas berat, termasuk hubungan suami istri. Pada saat ini, suhu lingkungan biasanya lebih panas, dan tubuh cenderung mengalami penurunan energi. Melakukan hubungan intim pada waktu ini bisa menyebabkan kelelahan berlebih dan tidak memberikan manfaat optimal bagi kesehatan.

2. Waktu Maghrib (Saat Matahari Terbenam)

Waktu Maghrib, yaitu saat matahari terbenam hingga masuknya waktu Isya, juga termasuk waktu yang sebaiknya dihindari. Dalam Islam, waktu ini dikaitkan dengan keluarnya jin dan setan yang berkeliaran. Oleh karena itu, tidak hanya dianjurkan untuk tidak keluar rumah, tetapi juga sebaiknya menunda hubungan suami istri agar tidak mengundang hal-hal negatif dari segi spiritual.

3. Waktu Dhuha (Pagi Hari Setelah Matahari Naik)

Waktu pagi setelah matahari mulai terbit atau memasuki waktu Dhuha merupakan momen yang lebih baik dimanfaatkan untuk beraktivitas, beribadah, dan bekerja. Sebaiknya, suami istri menggunakan waktu ini untuk meningkatkan produktivitas daripada melakukan hubungan intim. Selain itu, Islam menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan pagi hari dengan mencari rezeki dan menunaikan ibadah sunnah.

Kesimpulan

Islam mengajarkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam hubungan suami istri. Meskipun tidak ada larangan mutlak, menghindari waktu-waktu tertentu untuk berhubungan intim bisa membantu menjaga kesehatan fisik dan spiritual. Dengan memahami waktu yang lebih tepat, hubungan suami istri dapat berjalan lebih harmonis dan penuh keberkahan.

Jumat, 07 Maret 2025

Jika Suami Suka Menj1l4t1 Kem4lu4n istr1 : Baca selengkapnya

Jika Suami Suka Menj1l4t1 Kem4lu4n istr1 : Baca selengkapnya

Video di bawah:

Dalam kehidupan rumah tangga, kedekatan fisik antara suami dan istri adalah bagian dari kasih sayang dan keharmonisan. Namun, sering muncul pertanyaan terkait batasan dalam Islam, terutama mengenai tindakan mencumbu organ 1nt1m pasangan. Bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?

Keharmonaisan suami istri

Kebebasan dalam Hubungan Suami Istri

Islam memberikan kebebasan bagi pasangan suami istri untuk men1kmati keindahan tubuh satu sama lain dalam batasan yang diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an:

"Istri-istri kalian adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi mereka." (QS. Al-Baqarah: 187)

Allah juga berfirman:

"Istri-istri kalian adalah ladang bagi kalian, maka datangilah ladang kalian dengan cara yang kalian sukai." (QS. Al-Baqarah: 223)

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa suami dan istri memiliki kebebasan dalam menjalin hubungan 1nt1m, selama tidak melanggar batasan syariat.

Batasan yang Harus Diperhatikan

Meskipun kebebasan tersebut diberikan, ada beberapa hal yang tetap harus dihindari dalam hubung4n suam1 istri, yaitu:

  1. Mengg4ul1 istri melalui dub*r
    Islam dengan tegas melarang hubung*n badan melalui dub*r karena bertentangan dengan fitrah dan mengandung risiko kesehatan.

  2. Berhubung4n saat istri dalam masa haid
    Dalam Islam, hubungan 1nt1m saat istri sedang haid dilarang karena dianggap tidak suci dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Hukum Menci"¹m atau Menj1l4t Organ Int*m Pasangan

Tidak ada dalil yang secara khusus melarang tindakan ini, namun beberapa ulama mengingatkan bahwa hal tersebut kurang sesuai dengan adab Islam. Org4n 1nt"m merupakan tempat keluarnya benda najis, sedangkan lidah digunakan untuk berzikir dan membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kesucian diri menjadi hal yang dianjurkan.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menjaga kebersihan." (QS. Al-Baqarah: 222)

Dalam konteks ini, menjaga kebersihan dan menghindari hal-hal yang dapat menyentuh benda najis, seperti madzi, adalah bagian dari menjaga kesucian jiwa dan fisik.

Kesimpulan

Islam memberikan kebebasan bagi suami istri untuk men1kmati hubungan rumah tangga dengan penuh kasih sayang. Namun, kebebasan ini tetap harus berjalan dalam koridor syariat dan adab Islam. Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kesucian diri merupakan bagian dari ajaran Islam yang harus diperhatikan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan suami istri.

Kamis, 06 Maret 2025

5 Kesalahan dalam Membahagiakan Pasangan yang Harus Dihindari

5 Kesalahan dalam Membahagiakan Pasangan yang Harus Dihindari

 


Membahagiakan pasangan adalah bagian dari sebuah hubungan yang sehat. Namun, terkadang dalam usaha tersebut, seseorang bisa melewati batas dan justru merugikan diri sendiri. Berikut adalah lima hal yang sebaiknya tidak kamu lakukan demi kebahagiaan pasangan, karena justru bisa berdampak buruk bagi hubungan.

1. Berpikir bahwa Hubungan Akan Selalu Bertahan

Cinta memang kuat, tetapi itu bukan jaminan bahwa hubungan akan bertahan selamanya. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi keberlangsungan hubungan, dan terlalu percaya bahwa kalian akan selalu bersama bisa membuatmu kehilangan keseimbangan. Jangan sampai kamu mengorbankan terlalu banyak hal tanpa berpikir realistis tentang masa depan.

2. Mengabaikan Kenyamanan Diri Sendiri

Hubungan yang sehat harus memberikan rasa nyaman bagi kedua belah pihak. Jika kamu merasa tidak nyaman dalam hubungan, itu bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal di luar batas kemampuan hanya demi membuat pasangan bahagia. Kebahagiaan sejati harus datang dari keseimbangan antara memberi dan menerima.

3. Selalu Memenuhi Semua Permintaannya

Cinta bukan berarti harus selalu menuruti semua keinginan pasangan. Jika kamu terus-menerus mengorbankan diri hanya untuk memenuhi permintaannya, hubungan bisa menjadi tidak seimbang. Pasangan yang tepat adalah mereka yang juga menghargai kebutuhan dan batasanmu, bukan hanya menuntut agar semua keinginannya dipenuhi.

4. Mengharapkan Imbalan dari Setiap Kebaikan

Ketika memberi sesuatu kepada pasangan, lakukanlah dengan tulus tanpa mengharapkan balasan yang sepadan. Jika setiap tindakan kebaikan selalu dikaitkan dengan imbalan, hubungan akan terasa seperti transaksi bisnis, bukan ikatan emosional yang tulus. Hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling memberi tanpa perhitungan.

5. Mengorbankan Waktu dan Tenaga Tanpa Batas

Seharian bekerja sudah cukup melelahkan, tetapi kamu masih terus berusaha melakukan banyak hal untuk pasangan hingga larut malam. Jika terus mengabaikan waktu istirahat dan kebutuhan pribadi demi bersama pasangan, lama-kelamaan kamu bisa merasa kelelahan, stres, atau bahkan kehilangan produktivitas. Hubungan yang baik seharusnya mendukung keseimbangan hidup, bukan mengorbankan segalanya hanya untuk satu pihak.

Kesimpulan

Membahagiakan pasangan memang penting, tetapi jangan sampai melupakan kebahagiaan diri sendiri. Hubungan yang sehat dibangun atas dasar keseimbangan, saling menghormati, dan memahami batasan masing-masing. Dengan menghindari lima kesalahan di atas, kamu bisa menjalani hubungan yang lebih harmonis dan berkualitas.

 Tradisi Diluar Nurul: Malam Pertama Disaksikan Keluarga

Tradisi Diluar Nurul: Malam Pertama Disaksikan Keluarga

 

Tradisi malam pertama harus di saksikan keluarga besar

Setiap budaya memiliki tradisi pernikahan yang unik, mulai dari ritual adat hingga kebiasaan turun-temurun yang dianggap sakral. Namun, di Singapura, sebuah keluarga memiliki tradisi yang bisa dibilang tak biasa—malam pertama pengantin baru tidak berlangsung secara pribadi, melainkan disaksikan oleh anggota keluarga besar.

Dilansir oleh Kami.com.ph pada Sabtu (27/5/2016), tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dalam keluarga tersebut. Apa yang bagi banyak orang dianggap sebagai momen paling intim dan pribadi dalam pernikahan, bagi mereka justru menjadi ajang kebanggaan keluarga.

“Kami merasa bangga saat melihat anak, saudara, atau keponakan kami menjalani malam pertamanya. Ini adalah bagian dari perjalanan panjang mereka menuju kehidupan baru,” ujar salah satu paman dalam keluarga tersebut, yang bahkan membagikan pengalaman ini melalui foto.

Menurutnya, momen ini bukan sekadar ritual, tetapi sebuah kehormatan dan kesempatan langka untuk menyaksikan awal dari kehidupan rumah tangga seorang anggota keluarga.

Menariknya, pengantin pria dalam kisah ini juga mengaku tidak merasa terganggu dengan kehadiran sanak keluarganya saat malam pertamanya. Bahkan, ia menyebutkan bahwa keponakannya juga merasa nyaman dengan kehadiran mereka.

Tradisi ini tentu mengundang beragam reaksi dari masyarakat luas. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin terdengar aneh atau bahkan melanggar batas privasi. Namun, bagi keluarga tersebut, ini adalah bentuk dukungan dan kebersamaan dalam menyambut fase baru dalam kehidupan pasangan yang baru menikah.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, kisah ini menjadi bukti bahwa setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam merayakan pernikahan dan kehidupan rumah tangga.

Belum Genap Sepekan Menikah, Fitri Minta Cerai Karena ‘Burung’ Suami Kebesaran

Belum Genap Sepekan Menikah, Fitri Minta Cerai Karena ‘Burung’ Suami Kebesaran

Belum genap sepekan menikah wanita ini meminta cerai, dengan alasan burung suaminya kebesaran


Aisha Dannupawa awalnya percaya bahwa pernikahan keduanya akan membawa kebahagiaan baru. Sebagai seorang janda dengan tiga anak, ia berharap bisa menemukan pasangan yang bisa menjadi tempat bersandar dan menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis. Ketika Ali Maizinari melamarnya, ia menerima dengan penuh harapan.

Namun, siapa sangka? Pernikahan yang baru berjalan sepekan justru membawa kejutan yang tak pernah ia duga.

Di malam pertama, Aisha merasakan sesuatu yang tidak biasa. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya tak bisa menikmati momen intim bersama suaminya. Awalnya, ia mengira itu hanya soal waktu—bahwa tubuhnya hanya perlu beradaptasi. Tapi ternyata, setiap kali mereka mencoba, rasa sakit itu kembali, semakin menjadi-jadi.

Ali, yang begitu mencintai istrinya, mencoba bersabar. Ia bahkan menyarankan agar Aisha memberi dirinya lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri. Namun, bagi Aisha, ini bukan sekadar masalah kesabaran. Ukuran "onderdil" suaminya yang terlalu besar membuatnya benar-benar tak sanggup bertahan.

Setelah berhari-hari mencoba dan tetap merasakan penderitaan yang sama, Aisha akhirnya mengambil keputusan yang berat. Ia menggugat cerai Ali. Keputusan itu tentu mengundang tanya dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Namun, bagi Aisha, kebahagiaan dan kenyamanannya dalam pernikahan jauh lebih penting daripada mempertahankan sesuatu yang justru membuatnya menderita.

Tak disebutkan seberapa besar "onderdil" Ali hingga membuat Aisha menyerah dalam pernikahan yang baru seumur jagung. Namun, kisah mereka menjadi pelajaran bahwa dalam sebuah hubungan, kenyamanan dan keserasian fisik juga memiliki peran yang tak bisa diabaikan.

Pernikahan bukan sekadar tentang cinta, tapi juga tentang kecocokan dalam berbagai aspek. Dan bagi Aisha, cinta saja ternyata tak cukup.

Hukum Memanjakan Istri dengan Jari: Bolehkah dalam Islam

Hukum Memanjakan Istri dengan Jari: Bolehkah dalam Islam

                            VIDEOKU DI BAWAH


Hubungan suami istri

Dalam Islam, hubungan suami istri memiliki aturan yang bertujuan untuk menjaga kehormatan, kebersihan, serta keharmonisan rumah tangga. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai hukum memuaskan istri dengan jari.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela." (QS. Al-Mukminun: 5-6).

Berdasarkan ayat ini, suami diperbolehkan menikmati istrinya dalam batasan yang diizinkan oleh syariat. As Syaikh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Fathul Mu'in menjelaskan bahwa suami boleh melakukan berbagai bentuk aktivitas seksual dengan istrinya, kecuali pada area dubur.

Selain itu, Imam As-Syafi'i menyebutkan bahwa jika seorang suami berhubungan intim tanpa melakukan penetrasi dan tidak mengeluarkan air mani, maka tidak diwajibkan mandi junub. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas seksual selain penetrasi, seperti menggunakan jari, tetap diperbolehkan selama dalam batasan yang sesuai dengan syariat.

Kesimpulan

Dalam Islam, memuaskan istri dengan jari diperbolehkan selama tidak melibatkan area yang dilarang, seperti dubur. Suami dan istri dianjurkan untuk saling membahagiakan dalam hubungan rumah tangga dengan tetap menjaga batasan yang ditetapkan oleh agama. Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk memahami ajaran Islam dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.